Sumbangsih pemikiran yang akan saya sumbangkan untuk dunia Psikologi sebagai mahasiswa yang beragama Islam
Sebagai
Mahasiswa yang beragama Islam sekaligus menempuh pendidikan psikologi di tempat
yang berlatar belakang pendidikan Islam, saya memiliki keinginan untuk
mengembangkan pendekatan-pendekatan Islami dalam Psikologi, lebih jauhnya saya
ingin melahirkan sebuah teori Psikologi yang berlandaskan al-Quran dan Hadits.
Karena jujur selama mempelajari teori-teori psikologi barat, selalu ada
kekurang pahaman dan ketidaksetujuan saya terhadap teori-teori tersebut, lihat
ke teori A, teori B, kenapa begini dan makin dipikirkan makin saya tidak
mengerti. Ujung-ujungnya ada kebuntuan apalagi jika teoritikus tersebut
memiliki pandangan untuk tidak percaya terhadap Tuhan dan penciptaan, sehingga
terdapat banyak perbedaan dan ketimpangan pandangan dalam memandang manusia
dengan bagaimana Islam memandang manusia. Seperti halnya tentang tujuan hidup
manusia yang dipandang sebagai untuk mencapai superiorita atau aktualisasi diri
dengan mengoptimalkan potensi dalam diri sepenuhnya, hal tersebut tidak
menyentuh khazanah spiritual bahwa ada yang memberikan potensi dan menggerakkan
potensi tersebut untuk selanjutnya mengarah kemana. Atau tentang bagaimana
manusia sebagai sistem yang merespon stimulus lingkungan, teori ini juga tidak
menjelaskan keajaiban-keajaiban dalam diri manusia dan apa tujuan sebenarnya
manusia dalam hidup adalah untuk memakmurkan bumi dan melakukan pengabdian
kepada Sang Pemberi hidup dengan memanfaatkan potensi yang telah diberikan
olehNya.
Yadi Purwanto dalam Psikologi Kepribadian
(2011) menuturkan bahwa potensi-potensi manusia memang merupakan khasiyat yang
diciptakan Allah pada diri manusia. Firman Allah Swt berbunyi:
“Tuhan kami ialah
(Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya,
kemudian memberinya petunjuk” Q.S
Thaha (20): 50.
Seorang filosof Plato
pun mengatakan bahwa sejak lahir individu telah memiliki bakat-bakat atau
benih-benih kemampuan (innate ideas) yang dapat dikembangan melalui pengasuhan
dan pendidikan.
Teori-teori yang saya pelajari
sekarang memang banyak memberi pemahaman tentang manusia, tapi pemahaman itu
sendiri pun beragam dan banyak yang saling bertentangan. Saya ingin kembali ke
teori yang diakui secara universal dan memberi pemahaman terhadap kebuntuan
yang ada. Ingin kembali dimana ideologi Islam yang menjadi landasan dan setiap
nilai dan ajaran banyak yang mengadopsi ajaran-ajaran yang memang objektif dan
universal. Seperti yang telah dikembangkan ilmuwan-ilmuwan Islam terdahulu
dimana Islam berada dalam masa keemasannya yang sesungguhnya pada saat itu,
Psikologi telah dikembangkan jauh sebelum Sigmund Freud mengembangkan konsep
Id, Ego, Superegonya.
Saya juga memiliki cita-cita ketika
nanti saya sudah menjadi psikolog yang menangani klien, saya ingin menggunakan
musik yang saya kembangkan sendiri yang bernafaskan Islam sebagai media dalam
proses terapi. Karena musik memiliki efek terhadap emosi dan mood seseorang.
Namun bagaimana proses musik dapat berpengaruh terhadap emosi tertentu? Mengapa
musik A dapat berefek kepada emosi A, begitu juga dengan musik B yang bisa
membangkitkan emosi B. Bagaimana nada-nada tertentu dalam musik bekerja
terhadap emosi tertentu, belum saya temukan.
Di abad pertengahan, jauh sebelum
banyaknya penelitian mengenai terapi musik yang dilakukan barat, para musisi Islam legendaris seperti Abu Yusuf
Yaqub ibnu Ishaq, al-Kindi (801-873 M) dan al-Farabi (872-950 M)
telah menjadikan musik sebagai alat pengobatan atau terapi.
R
Saoud dalam tulisannya bertajuk The Arab Contribution to the Music of the Western World menyebut al-Kindi sebagai psikolog
Muslim pertama yang mempraktikkan terapi musik. Menurut Saoud, pada abad ke-9
M, al-Kindi sudah menemukan adanya nilai-nilai pengobatan pada musik. “Dengan terapi musik, al-Kindi mencoba untuk menyembuhkan
seorang anak yang mengalami quadriplegic atau lumpuh total,'' papar
Saoud. Terapi musik juga dikembangkan ilmuwan Muslim lainnya yakni al-Farabi
(872-950 M). Alpharabius begitu peradaban Barat biasa menyebutnya
menjelaskan tentang terapi musik dalam risalah yang berjudul Meanings of
Intellect. .
Amber Haque (2004) dalam tulisannya
bertajuk Psychology from Islamic Perspective: Contributions of Early
Muslim Scholars and Challenges to Contemporary
Muslim Psychologists", Journal of Religion and Health mengungkapkan, dalam
manuskripnya itu, al-Farabi telah membahas efek-efek musik terhadap jiwa.
Penelitian-penelitian diatas
membuktikan bahwa penggunaan musik sebagai alat untuk terapi sudah lama
dilakukan. Oleh karena manfaat yang diberikan musik dan didukung penelitian
yang membuktikannya, saya semakin bersemangat untuk merealisasikan impian saya
ini. Terlebih lagi saya ingin tahu jenis musik dan alat musik yang digunakan
oleh ilmuwan-ilmuwan muslim diatas, karena tentunya musik-musik dan alat-alat
tersebuut memiliki efek psikologis tersendiri bagi kesembuhan pasien.
Disamping memang karena kecintaan
saya terhadap musik, juga karena rasa penasaran terhadap manfaat yang diberikan
musik terhadap kondisi psikis seseorang, saya ingin melakukan penelitian yang
lebih mendalam mengenai bagaimana musik memberikan efek self healing, lebih
jauh lagi adalah mengenai bagaimana nada-nada tertentu memberikan pengaruh
kepada suatu emosi. Seperti halnya mengapa nada-nada mayor membangkitkan
suasana ceria dan bahagia, dan nada-nada minor bisa menghasilkan suasana
melankolis atau yang sedih-sedih?
Semoga suatu saat saya bisa
melangsungkan penelitian ini yang nantinya akan memberikan kontribusi penting
bagi dunia psikologi. Khususnya psikologi bernafaskan Islam yang berlandaskan
al-Quran dan as-Sunnah.
Komentar
Posting Komentar