Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

MENGOLAH DOLANAN JADI TONTONAN

Gambar
MENGOLAH DOLANAN JADI TONTONAN Oleh: Jose Rizal Manua             Dunia anak-anak adalah sebuah dunia yang otentik, unik, bebas dan indah. Melalui semangat bermain anak-anak mengembara dengan imajinasinya, berpetualang dengan fantasinya, dan berasosiasi dengan ragam simbol yang dipungut dari manusia, alam dan lingkungannya. Ekspresi anak-anak yang otentik, unik, bebas dan indah itu seringkali naif, tak terduga dan penuh kejutan.             Kesadaran inilah yang melandasi teater Tanah Air dalam menggarap tontonan. Tanpa intervensi dan atau menggurui teater Tanah Air mencoba memaksimalkan semangat bermain anak-anak melalui ragam dolanan yang sarat kearifan lokal.             Dolanan adalah permainan tradisi turun-temurun, warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat yang majemuk di antara ribuan suku di Nusantara. Sayangnya dolanan yang penuh kearifan lokal ini sudah mulai ditinggalkan, tergerus oleh peradaban instan yang siap saji.

Dualisme Nay

Dualisme Nay Oleh: Sayidah Iklima (Sebuah Cerpen, tentang gangguan psikologis)                         Seorang perempuan dengan tattoo di tubuhnya yang telanjang, terpekur di sudut ruangan gelap dengan dinding yang catnya mengelupas. Ia memeluk lututnya, mencengkram dirinya keras-keras. Matanya sayu, nyaris layu. Di sekitarnya ada asbak dan beberapa puntung rokok yang masih berasap, di lantai pun terdapat beberapa rokok yang berserakan. Sudah habis. Sambil memeluk lututnya yang jenjang dan telanjang, ia menggenggam beberapa butir obat penenang. Tangannya berkeringat.  “Sampai kapan? Aku lelah,” ucapnya berbisik pada entah siapa. Pada tembok? Atau mungkin pada puntung-puntung   rokok yang  telah  dihisapnya.  Perempuan itu mendengar langkah kaki menuju tempatnya. Ia tak bergeming. Tetap dengan posisi semula. Pintu kamarnya diketuk. Ia tetap tak bergeming. Beberapa kali pintunya diketuk. Perempuan itu masih enggan untuk membukanya. Mengubah posisi saja ia tak mau.