Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Aku Adalah Roh, yang Menjadi Perempuan

       Kalau aku terlahir sebagai laki-laki, mungkin saat ini aku sudah ada di Sumatra, Ternate, atau bahkan Papua. Mungkin juga aku sudah ada di pedalaman bersama suku Dayak atau Asmat. di gunung atau hutan manapun yang ingin aku jelajahi. Tapi aku terlahir sebagai perempuan. Dan perempuan itu banyak aturan. ini dan itu yang kadang buatku rieut.         Aku sebagai roh sudah ditiupkan Tuhan ke dalam jasad seorang perempuan bernama Sayidah Iklima. Maka, sudah tugasku menjadi perempuan dan melaksanakan segala tata keperempuanan (entah apa saja). Dulu, aku tidak peduli gender. Tidak memandang aku ini perempuan atau laki-laki.   Aku mengalir saja sebagai manusia dan menjalankan hidup. Namun sejak "sadar" aku ini perempuan, perlahan aku jadi perempuan. Tentu aku mesti menjalankan tugasku sebagai perempuan. Meskipun roh sebagai sistem kesadaran tidak berjenis kelamin. Jenis kelamin itu hanya ada pada jasad, toh?         Menjadi perempuan adalah amanah yang berat m

Kelapangan Rezeki

Nyaris idealismeku terkikis oleh keresahan-keresahan akan hidup dan pencarian materi. Hampir, aku melepaskan prinsipku untuk mengabdi tanpa pamrih dan setulus hati, karena rasa takut akan tak terpenuhinya kebutuhan hidup yang sebetulnya bersumber dari hasrat tak puas akan hal-hal yang bersifat duniawi. Aku masih menjadi mahasiswi semester akhir (semoga saja) yang sedang menyusun tugas akhir bernama skripsweet, haaa. Namun, karena terdesak oleh kebutuhan hidup dan hutang yang harus segera dibayar, aku hampir meninggalkan kewajibanku untuk mengabdi. Aku bingung mencari pemenuhan materi ini. Sudah dua kali aku ditolak oleh lembaga/instansi pendidikan kala mengajukan lamaran ke sana. Yang satu karena alasan mereka sudah memiliki beberapa guru honorer. Satu lagi, sebelumnya aku sudah mengajukan pengunduran diri dari sekolah tersebut. Tapi, kebutuhan “mendesakku” untuk kembali kesana. Sayang, kepala lembaga tersebut cenderung tidak menerimaku kembali, dengan alasan administrasi. Ini m

Pertemuan di Jembatan Bernama Hati

_Pertemuan di jembatan bernama hati_ "Hai, kau yang duduk di sebelah sana? Sedang apa?" tanyanya "Sedang menunggu sesuatu," jawabku. "Sambil memancing ikan?" "Ya, barangkali ada ikan baik yang rela terkena pancinganku," "Kau suka ikan?" Tanyanya lagi. "Ya, untuk aku pindahkan dalam kolam kecil di samping rumahku." "Bolehkah aku menemanimu memancing?" Ia menawarkan diri. "Silahkan." Jawabku sedikit bergeser, membagi tempat duduk. Kami pun memancing ikan bersama, sambil bercerita tentang berbagai hal menarik. Hingga hal-hal tentang kami yang paling rahasia. Tak lama, di jembatan bernama hati itu, kami saling bercerita dan berbagi tentang hati. Di jembatan bernama hati, sesuatu terjadi. Dia tiba-tiba harus pergi karena sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Aku duduk sendiri sambil memindahkan ikan yang terpancing ke dalam ember kecil yang aku bawa. Aku merasakan sesuatu di dalam, membua

PARIBASA SUNDA

PARIBASA SUNDA Abang-abang lambe Hanya baik di bibir saja untuk menyenangkan hati orang lain. Abis bulan abis uang Habis bulan, uang gaji pun habis juga; penghasilan yang pas-pasan untuk sebulan saja. Abong biwir teu diwengku Segala diceritakan tidak dengan pertimbangan baik buruk. Abong biwir teu diwengku, abong letah teu tulangan Berbicara seenaknya saja; berkata tidak mempertimbangkan baik buruknya. Abong letah teu tulangan Berbicara seenaknya biarpun orang lain sakit hati atas perkataannya. Adab biada Berembuk; bermusyawarah. Adam lali tapel Lupa pada sanak saudara dan tempat kelahiran. Adat kakurung ku iga Tabiat atau watak yang sulit diubah. Adean ku kkuda beureum Sombong dengan barang pinjaman atau barang milik orang lain; bergaya, bertingkah, atau bersolek dengan barang pinjaman. Adep hidep Berbakti pada suami. Adigung adiguna Sombong (nampak dalam tingkah laku dan ucapannya). Adil pamalarata Sangat adil, penyabar, dan berb

UNDAK USUK BASA SUNDA

Kajembaran Basa Ngaran Anak Sasatoan Anak anjing = kirik Anak bandeng = nénér Anak buaya = bocokok Anak bogo = cingok Anak éntog = titit Anak gajah = ménél Anak japati = piyik Anak keuyeup = boncérét Anak kukupu = hileud Anak lélé = nanahaon Anak lubang = leungli Anak monyét = begog Anak sapi = pedét Anak bagong = begu Anak banténg = bangkanang Anak belut = kuntit Anak deleg = boncél Anak embé = cémé Anak hayam = ciak Anak kancra = badak Anak kuda = belo Anak lauk = burayak Anak maung = juag Anak munding = énéng Anak reungit = utek-utek Anak ucing = bilatung Kekembangan Aléwoh = kembang waluh Angkruk = kembang jeruk Ancal = kembang bolang Ancul = kembang eurih Badaus = kembang tiwu Badul = kembang konéng Bosongot = kembang bako Bolotot = kembang cabé Bubuay = kembang hoé Cacas = kembang lopang Curiwis = kembang kaso Dingdet, atéla = kembang sampeu Gélényé = kembang génjér Ingawang = kembang ged