Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2016

UNDAK USUK BASA SUNDA

Kajembaran Basa Ngaran Anak Sasatoan Anak anjing = kirik Anak bandeng = nénér Anak buaya = bocokok Anak bogo = cingok Anak éntog = titit Anak gajah = ménél Anak japati = piyik Anak keuyeup = boncérét Anak kukupu = hileud Anak lélé = nanahaon Anak lubang = leungli Anak monyét = begog Anak sapi = pedét Anak bagong = begu Anak banténg = bangkanang Anak belut = kuntit Anak deleg = boncél Anak embé = cémé Anak hayam = ciak Anak kancra = badak Anak kuda = belo Anak lauk = burayak Anak maung = juag Anak munding = énéng Anak reungit = utek-utek Anak ucing = bilatung Kekembangan Aléwoh = kembang waluh Angkruk = kembang jeruk Ancal = kembang bolang Ancul = kembang eurih Badaus = kembang tiwu Badul = kembang konéng Bosongot = kembang bako Bolotot = kembang cabé Bubuay = kembang hoé Cacas = kembang lopang Curiwis = kembang kaso Dingdet, atéla = kembang sampeu Gélényé = kembang génjér Ingawang = kembang ged

Inteligensia

Sebelumnya, saya harap anda membaca ini dengan pikiran yang netral tanpa pembanding dan tanpa judgement. Baiklah, kita mulai dari normal. Orang yang berinteligensi normal kehidupannya normal, standar dan wajar ada pada batasannya. Saling bertukar informasi secara wajar, memiliki pola interaksi yang seragam dengan orang pada umumnya. Kemudian inteligensi beranjak ke bawah sedikit. Kemampuan mentalnya kurang dari orang normal, sehingga perlu dibantu. Ini justru membuat orang normal dapat berbagi, memberi, dan beramal. Semakin ke bawah, kemampuan mentalnya semakin kurang sehingga perlu dibantu dan dibimbing. Tapi orang-orang dengan kemampuan mental di bawah rata-rata justru dapat menjadi sarana ibadah yang baik bagi orang bergolongan normal, yaitu untuk membantu mereka yang memang kurang secara inteligensia. Saya berasumsi, orang dengan kemampuan mental di bawah rata-rata, justru lebih sedikit punya dosa. Karena semakin terbebas dari bepikir negatif berupa prasangka buruk disebabkan keter

Tuhan Memberikan Kehendak Bebas

       Entah apa maksud Tuhan mempertemukanku dengan orang-orang dari berbagai kalangan dengan bermacam-macam latar belakang. Yang jelas Ia selalu punya tujuan. Bertemu orang-orang dengan berbagai macam sudut pandang beserta kerumitannya, membuatku lebih belajar makna “kehendak bebas” yang diberikan Tuhan pada manusia.         Aku pun terkejut, ada jutaan pandangan yang di anut manusia di dunia ini. Semuanya mereka yakini sebagai hal yang harus mereka jalankan. Dengan sikap masing-masing, dan tentu cara-masing-masing berikut cara menyikapi satu dengan yang lainnya.         Dulu, aku beranggapan bahwa apa yang aku pegang adalah yang paling benar. Dan sudah seharusnya orang lain pun mengikuti apa yang aku ikuti. Namun makin ke sini, aku melihat berbagai pandangan dan anutan yang dipegang manusia dan dijadikan landasan hidupnya, membuatku membuka mata.      Setiap orang pun merasa benar, dan bahkan tak sedikit yang sepertiku, merasa orang mesti menganut apa yang aku anut. Tida