Tuhan Memberikan Kehendak Bebas

       Entah apa maksud Tuhan mempertemukanku dengan orang-orang dari berbagai kalangan dengan bermacam-macam latar belakang. Yang jelas Ia selalu punya tujuan. Bertemu orang-orang dengan berbagai macam sudut pandang beserta kerumitannya, membuatku lebih belajar makna “kehendak bebas” yang diberikan Tuhan pada manusia.
        Aku pun terkejut, ada jutaan pandangan yang di anut manusia di dunia ini. Semuanya mereka yakini sebagai hal yang harus mereka jalankan. Dengan sikap masing-masing, dan tentu cara-masing-masing berikut cara menyikapi satu dengan yang lainnya.
        Dulu, aku beranggapan bahwa apa yang aku pegang adalah yang paling benar. Dan sudah seharusnya orang lain pun mengikuti apa yang aku ikuti. Namun makin ke sini, aku melihat berbagai pandangan dan anutan yang dipegang manusia dan dijadikan landasan hidupnya, membuatku membuka mata.      Setiap orang pun merasa benar, dan bahkan tak sedikit yang sepertiku, merasa orang mesti menganut apa yang aku anut. Tidak bisa seperti itu. Biarkan mereka dengan pegangannya dan aku pun dengan peganganku. Tuhan pun sudah memberitahu ini dalam surat al-Kafirun. Bagimu agamu dan bagiku agamaku.
        Semakin aku “menemukan”, aku seperti makin melihat ribuan sungai dengan berbagai jalur yang ujungnya bermuara ke sumber yang sama. Laut. Sungai dengan berbagai jenis warna, rasa dan makhluk yang tinggal di dalamnya. Analogi yang pas untuk ini, aku rasa.
Lantas, aku pun penasaran bagaimana cara Tuhan “menyikapi” ini. Apakah Tuhan akan mengadili mereka sesuai dengan cara dari apa yang aku percayai, tepatnya apa yang aku pelajari di peganganku. Ataukah ia mengadili sesuai dengan kemampuan manusia itu, tentang bagaimana mereka menemukan sumbernya. Segala hal tentang hukum dan larangan di beberapa ajaran tertentu berbeda, satu dengan yang lainnya. bahkan bisa jadi berbanding terbalik. Aku menemukan teka-teki yang menarik dari masing-masingnya. Seperti mengarahkan ke arah yang sama. Memberitahu ke titik yang sama. Menarik sekali.
        Aku masih bungkam dengan ini. Belum siap untuk “membaca” lebih lanjut. Namun, semakin aku sadar bahwa aku tak berhak untuk menilai apa pun atas jalur yang mereka pilih. Aku hanya berusah berada di jalur yang aku yakini. Tapi jujur, ada rasa haus tersendiri untuk terus menelusuri dan mencari tahu teka-teki menarik yang secara singkat aku ceritakan tadi. Terkadang, dengan segala sistim nilai yang telah terbentuk dalam pikiranku, aku bingung bagaimana menyikapi segala kerumitan ini. Sulit bagiku untuk tak acuh. Karena entah, mungkin kepalaku sudah didesain untuk senantiasa penasaran dan “kehausan” untuk mencari tahu. Atau mungkin memang aku yang belum bisa untuk berbijaksana.
        Kehendak bebas ini, di satu sisi, membuatku menerima segala macam teori dan retorika. Di sisi lain terkadang aku merasa tak punya nilai (standar), karena cenderung mengikuti “nilai bebas” yang aku baca di semesta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UNDAK USUK BASA SUNDA

Psikologi Transpersonal, Agama dan Being Transpersonal

A story (Cinta Sejati Air dan Api)