Pada akhirnya, hanya kepada Allahlah kita akan pulang.



Pada akhirnya, hanya kepada Allahlah kita pulang.

Memang, ketika masalah melanda, ujian hadir dan melingkupi diri kita bagaikan kabut yang menutupi pandangan, kita butuh seseorang untuk dapat membantu kita bangkit, atau sekedar meminjam bahunya untuk bersandar dan telinganya untuk mendengarkan segala keluh kesah. Dari sana, kita akan mendapatkan kenyamanan dan kelegaan hati karena beban yang dirasa sudah terluahkan. dukungan berupa saran dan motivasi pun bisa kita dapatkan.

Namun, apakah selesai sampai di sana? Apakah kawan setia itu akan bisa terus ada bersama kita? Menemani kita mengatasi setiap masalah dan uji coba dariNya?

Manusia, tidak akan selalu berada di tempat yang sama, karena pada hakikatnya manusia ialah makhluk dinamis yang senang berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Dari satu aktivitas ke kegiatan yang lain. Dan bisa jadi pada saat masalah kembali melanda, orang yang selalu ada untuk kita pada saat itu tidak bisa lagi menemani kita. Melanjutkan kembali perjalanannya ke tempat mengadu nasib lainnya.

Pada saat itu, kemanakah kita mesti berlari? Kemanakah kita bisa mencurahkan segela beban perasaan yang bergerumul di hati? Dalam keadaan seperti itu kita merasa tertekan, sesak, lelah, penat dan jenuh. Kita butuh sandaran. Butuh tempat untuk menangis. Sekedar memluahkan rasa juga pengobat luka.

Terkadang, orang yang kita mintai bantuan pun sedang memerlukan bantuan jua. Sedang kerepotan akan masalahnya sendiri. Dan ya, di sanalah keterbatasannya. Sebagai sesama manusia, kita memang perlu berbagi, namun ada batas-batas tertentu yang menjadi titik kulminasi seseorang, di mana ia sedang tak bisa melakukan apa-apa untuk orang lain. Tak bisa membantu walaupun kita sedang membutuhkan. Pun sama, kita pun terkadang seperti itu. Ada titik di mana kita tak bisa melakukan apa-apa untuk orang lain. Lalu kemana kah kita bisa berlari, bahkan berteriak sekencangnya untuk melegakan perasaan? Pada akhirnya, ketika semuanya tidak ada di saat kita membutuhkan mereka, hanya Dialah tujuan kita. Hanya Ia tempat kita kembali dan mengadu. Ia tak pernah pandang bulu. Selalu menerima siapapun yang berusaha menujuNya. Berdoa, meratap. Tak peduli seberapa orang itu telah melupakannya, Dia tetap menerimanya kembali. Betapa besar cinta Ilahi.

Kawan, sujudlah. Merataplah. Menangislah sekencangnya. Karena Dia Maha mendengar. Maha penerima  ratapan dengan segala kasih dan sayangNya. Pengabul doa-doa. Karena ia senang sekali dimintai doa tak melihat siapa dan apa latar belakangnya. Tak peduli seberapa besar kesalahan hambaNya, Ia tetap menerima. Apapun dan bagaimanapun cerita kita, akan selalu Ia jaga jika kita mencurahkan hanya kepadaNya semata, karena Ia Maha penjaga rahasia.

Maka, sudah saatnya kita kembali, kepadaNya, mengadu, mencurah, memelukNya, dan katakan, Tuhan.... Selalu dan selalu seperti itu. Pada akhirnya, hanya kepadaNya kita bisa meluahkan segala. Hanya padanNya kita kembali.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UNDAK USUK BASA SUNDA

Psikologi Transpersonal, Agama dan Being Transpersonal

A story (Cinta Sejati Air dan Api)