Postingan

Bangun Pagi, Jujur Pada Diri Sendiri, Berbagi dengan Anak Yatim = Bahagia

  Ada banyak hal hari ini yang ingin aku bagikan pada kalian. Tentang … kebahagiaanku. Hari ini, aku bahagia. Aku sangat bersyukur. 22 November 2020. Aku terbangun  dengan mata yang kantuk. Namun aku paksakan bangun karena aku malu jika aku masih tertidur di saat murid-murid mengajiku (yang kebetulan menginap di rumahku) sudah bangun sekitar pukul 3.30 pagi. Aku sambung sholat tahajud dan siap-siap menyambut subuh. By the way, aku sangat berterima kasih pada mereka karena telah menginap, kehadiran mereka membuat rasa maluku mencuat jika tidak bisa memberi contoh yang baik. Aku punya kebiasaan buruk yang melekat bertahun-tahun. Terkadang aku bisa melawannya, namun seringkali gagal. Tidur selepas subuh. Saat berdzikir, biasanya mataku tetiba menjadi berat dan tahu-tahu posisiku yang asalnya duduk menjadi nungging. Ah sudahlah. Tolong jangan dibayangkan. Terbayang? Ya sudah tak apa. Itu terus terjadi seperti itu, selama beberapa tahun,   terlebih setelah lulus kuliah. Se...

Tabrakan (hampir seperti) Maut

Hai Gais. Jumpa lagi di tulisanku. Hehe. Kali ini aku mau nulis apa ya. Udah hampir satu bulan nih enggak nulis. Entah kemarin-kemarin rasanya tuh maleeees banget deh buat nulis. Ini juga sih sebetulnya males, cuman aku paksain. Kalau enggak gitu enggak akan nulis nulis. Duh. Dasar aku. Tapi terkadang para penulis kondang pun gitu ya? Untuk menulis, mereka membutuhkan ekstra semangat alias maksain diri di tengah mood yang lagi enggak mendukung. Tapi ya kalau aku, emang dasarnya mageran aja. Wkwk.  Oke deh. Kali ini aku mau cerita suatu kejadian. Baru terjadi kemarin. Jujur cukup shock ngalamin itu, karena betul-betul dramatis banget Gais. Baik, mumpung cucian masih berputar di mesin cuci, aku mulai story ini. Bismillahirrahmanirrahim .... Sekitar satu minggu yang lalu, tepatnya saat aku mau berangkat ke bank *tiiiit* jangan sebut merk ah. Hehe. Lagian disebut juga aku enggak bakal dapat bayaran promosi haha. Ceritanya aku berangkat pukul 2-an, setelah sebelumnya mampir ke kecamatan...

Aku Pernah "Buruk Rupa"

Assalamualaikum! Halo Gais. Ketemu lagi nih sama tulisanku. Semoga sema sehat selalu ya. Tahu enggak, sebelum lumayan kinclong dan banyak yang deketin, aku pernah jadi orang yang sangat “buruk rupa”. Ya enggak kayak Hulk juga. Tapi ini bener-bener kucel, jerawatan, bener-bener kelihatan enggak terawat banget lah. Udah kayak apaaa aja wajahku,  over all  diriku seluruhnya. Sampe-sampe seorang temen cowok-ku semasa kuliah bilang gini pas aku minta dia buat kasih kata-kata paling nyelekit yang dia punya buat aku. Tahu apa yang dia bilang? “Kamu enggak cantik.” Saat itu sih … aku masih enggak “ngeh” kalau kata-kata itu udah menghujam cukup dalam di dada. Eaaa. Hehe. ternyata, sampai sekarang aku masih inget kata-kata itu, termasuk cara dia mengekspresikannya. Actually nyelekit juga. Jadi aku akui, dulu tepatnya sejak masuk SMA entah kenapa wajahku rasanya jadi berubah drastis dari masa SMP. Pas SMP lumayan lah ada manis-manisnya gitu. Ini pas Aliyah/SMA Jadi enggak berbentuk, kala...

Welcome Back! -Sebuah Catatan tentang "Menggeluti" Passion-

              Halo. Sudah lama aku tidak nulis di blog. Lamaaaa sekali. tahun gajah kali, terakhir aku nulis. Hmm dan baru-baru ini aku kepikiran lagi buat nulis, karena terinspirasi dari kejadian-kejadian hidupku belakangan ini.  Honestly , udah lama sih aku ingin nulis lagi diblog. Tentang kisah-kisahku sendiri. Ya semoga saja bisa menginspirasi kalian semua. Hehe. Cuman saat itu aku masih bingung, apaaa ya yang harus aku tuliskan? Bagian mana kira-kira yang baik dan menarik untuk ditulis? Semua itu masih berputar-putar di kepalaku. Bahkan sampai di kamar mandi pun aku kepikiran tentang ide apa yang bagus buat ditulis. Aku seringkali iri sama orang-orang yang mereka bisa lancar banget nulis di blog dan bisa dibaca banyak orang. Entah untuk sekedar menghibur, atau betul-betul menginspirasi. Seperti salah satu penulis sekaligus  creator  idolaku. Gita Savitri Devi. Yup, aku ngefans banget sama dia.  She’s so insp...

Lacur, Sang Pelacur

(Sebuah Cerpen. Oleh: Sayidah Iklima) Namaku Lacur. Dan seperti namaku, pekerjaanku pun melacur. Menjual diriku untuk para lelaki hidung belang yang burungnya selalu ingin masuk sangkar mana saja dan semaunya. Entah bagaimana aku bisa sampai ke tempat ini. Sebuah rumah bordil di mana pemiliknya adalah wanita gemuk yang amat senang dengan berbagai perhiasan dan asap rokok. Seingatku, sepuluh tahun yang lalu, aku sudah sampai di tempat ini setelah menghisap bau yang menyesakkan dari sebuah sapu tangan, kemudian terbangun dengan pengelihatan yang remang-remang. Setelah itu bajuku diganti, aku didandani, dan … sepuluh tahun kemudian, jadilah aku seperti sekarang ini. Oh ya, namaku pun diubah oleh wanita gemuk itu, menjadi Lacur. Aku sendiri tak mau lagi mengingat nama asliku. Entah sudah berapa kali kulitku disentuh oleh para lelaki dengan warna kulit yang berbeda. Puluhan, ratusan? Yang jelas bukan hitungan jari. Bahkan jumlah jari para penghuni rumah bordil ...

TADARUS

Gambar
 ( Sebuah Cerpen)       “Tok, tok, tok,” Tuhan mengetuk pintu.       “Tok, tok, tok,” Tuhan mengetuk pintu kembali.       “Tok, tok, tok,” kesekian kalinya Ia mengetuk, namun aku tak lekas tersadar. Malah asyik dengan kesenanganku.        “Haruskah aku dobrak?” Tanya Tuhan.        Aku menoleh, dengan senyuman yang bodoh kembali pada keasyikkanku. Tanpa sadar, pintu Ia dobrak. Aku terkejut. Betapa rumahku sudah sedemikian berantakkannya. Barang-barang berserakan di mana-mana bersama tumpukan sampah yang tumpah ruah.      Aku melihat ke sekitar, sungguh tak percaya saat dengan apa yang terjadi. Betapa keadaan ini sudah begitu kacau.       “Masihkah Kau akan diam?” Tanya sebuah suara. Entah kenapa aku yakin itu suara yang sama dengan yang mengetuk pintu. Tuhan.        Aku menatap nanar ke seluruh ruangan. Tercengang. Seraya terus m...

Pada akhirnya, hanya kepada Allahlah kita akan pulang.

Pada akhirnya, hanya kepada Allahlah kita pulang. Memang, ketika masalah melanda, ujian hadir dan melingkupi diri kita bagaikan kabut yang menutupi pandangan, kita butuh seseorang untuk dapat membantu kita bangkit, atau sekedar meminjam bahunya untuk bersandar dan telinganya untuk mendengarkan segala keluh kesah. Dari sana, kita akan mendapatkan kenyamanan dan kelegaan hati karena beban yang dirasa sudah terluahkan. dukungan berupa saran dan motivasi pun bisa kita dapatkan. Namun, apakah selesai sampai di sana? Apakah kawan setia itu akan bisa terus ada bersama kita? Menemani kita mengatasi setiap masalah dan uji coba dariNya? Manusia, tidak akan selalu berada di tempat yang sama, karena pada hakikatnya manusia ialah makhluk dinamis yang senang berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Dari satu aktivitas ke kegiatan yang lain. Dan bisa jadi pada saat masalah kembali melanda, orang yang selalu ada untuk kita pada saat itu tidak bisa lagi menemani kita. Melanjutkan kembali...